BIOLOGI POPULASI
[“Stage
(Life Cycle) Of Mud Crab (Scylla serrata)”]
Oleh ;
Muhammad Fajar
Purnama, S.Pi *)
Kepiting
bakau dalam menjalani kehidupannya beruaya dari perairan pantai ke laut,
kemudian induk berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai, atau perairan
berhutan bakau untuk berlindung, mencari makanan, atau membesarkan diri.
Kepiting bakau yang telah siap melakukan perkawinan akan memasuki hutan bakau
dan tambak, setelah perkawinan berlangsung, kepiting betina yang telah
melakukan perkawinan secara pelan-pelan akan beruaya keperairan bakau, tambak,
ke tepi pantai, dan selanjutnya ke tengah laut untuk melakukan pemijahan.
Kepiting jantan yang telah melakukan perkawinan atau telah dewasa berada
diperairan bakau, di tambak, di sela-sela bakau, atau paling jauh di sekitar
perairan pantai yaitu pada bagian-bagian yang berlumpur yang organisme makanannya
berlimpah (Kanna, 2002).
Kepiting
bakau yang telah beruaya ke perairan laut akan berusaha mencari perairan yang
kondisinya cocok untuk melakukan tempat pemijahan, khususnya terhadap suhu dan
salinitas air laut. Setelah telur menetas maka muncul larva tingkat I (zoea I)
yang terus menerus berganti kulit sampai sebanyak 5 (lima) kali sambil terbawa
arus keperairan pantai (sampai zoea V). Kemudian, kepiting tersebut berganti
kulit lagi menjadi megalopa yang bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting
dewasa, tetapi masih memiliki bagian ekor yang panjang. Pada tingkat megalopa
ini, kepiting mulai beruaya pada dasar perairan lumpur menuju perairan pantai.
Kemudian, pada saat dewasa kepiting beruaya ke perairan berhutan bakau untuk
kembali melangsungkan perkawinan (Kanna, 2002).
Menurut Boer (1993) kepiting bakau yang telah beruaya ke perairan laut akan
berusaha mencari perairan yang kondisinya cocok untuk tempat melakukan
pemijahan, khususnya terhadap suhu dan salinitas air laut . setelah telur
menetas , maka masuk pada stadia larva, dimulai pada zoea 1 (satu) yang terus
menerus berganti kulit sebanyak 5 (lima) kali, sambil terbawa arus ke perairan
pantai sampai pada zoea 5 ( lima). Kemudian kepiting tersebut berganti kulit
lagi menjadi megalopa yang bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting dewasa,
tetapi masih memiliki bagian ekor yang panjang. Pada tingkat megalopa ini,
kepiting mulai beruaya pada dasar perairan lumpur menuju perairan pantai.
Kemudian pada saat dewasa kepiting beruaya ke perairan berhutan bakau untuk
kembali melangsungkan perkawinan.
Ciri-ciri masing-masing siklus :
1. Larva Zoea, pada
tahap zoea, berlangsung proses pergantian kulit (moulting) selama 3-4 hari. Pada stadium ini larva akan sangat peka
terhadap perubahan lingkungan terutama kadar garam dan suhu air.
Gambar 1. Larva Fase
Zoea Kepiting Bakau (Scylla serrata
F)
2. Fase Megalopa,
pada fase ini larva masih mengalami proses moulting namun relatif lebih lama
yaiu sekitar 15 hari. Setiap moulting tubuh kepiting akan mengalami pertambahan
besar sekitar 1/3 kali ukuran semula.
Gambar 2. Larva Fase Megalopa Kepiting bakau (Scylla serrata F)
3.
Kepiting muda, pada fase ini tubuh kepiting masih dapat
terus membesar.
Gambar 3. Fase Crablet Kepiting Bakau ((Scylla serrata F)
4. Kepiting dewasa, pada
stadium ini selain masih mengalami perbesaran tubuh, karapaks juga bertambah
lebar sekitar 5-10 mm. Kepiting dewasa berumur 15 bulan dapat memiliki lebar
karapaks sebesar 17 cm dan berat 200 gram.
Gambar 4.
Kepiting Bakau (Scylla serrata F)
Dewasa
Bila kondisi ekologi mendukung,
kepiting dapat bertahan hidup hingga mencapi umur 3 - 4 tahun. Sementara itu
pada umur 12 - 14 bulan kepiting sudah dianggap dewasa dan dapat dipijahkan.
Sekali memijah, kepiting bisa menghasilkan jutaan telur tergantung ukuran
induk. Di alam bebas, jumlah larva yang mampu menjadi kepiting muda sangat
kecil karena antara lain faktor lingkungan yang tidak mendukung dan banyaknya
musuh alami.Sekali melakukan pemijahan kepiting betina mampu menyimpan sperma
jantan dan dapat melakukan pemijahan hingga tiga kali tanpa perkawinan lagi.
Telur kepiting yang telah dibuahi akan menetas menjadi zoea, megalops dan
kepiting muda yang akhirnya menjadi kepiting dewasa. Selama masa pertumbuhan,
kepiting menjadi dewasa akan mengalami pergantian kulit antara 17 - 20 kali
tergantung kondisi lingkungan dan pakan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan.
Gambar 5. Stage
Of Scylla serrata F
Proses moulting (pergantian kulit) pada zoea berlangsung lebih cepat yaitu
sekitar 3-4 hari, sedangkan pada fase megalops, proses dan interval pergantian
kulit berlangsung relatif lama yaitu setiap 15 hari. Setiap moulting, tubuh
kepiting akan bertambah besar sekitar 1/3 kali ukuran semula dan panjang
carapace meningkat 5-10 mm pada kepiting dewasa. Kepiting dewasa berumur 12
bulan memiliki lebar carapace 17 cm dan beratnya sekitar 200 gr (Anonim, 2010). Kepiting bakau muda pertumbuhannya lebih cepat dari pada kepiting
yang berumur tua. Korelasinya terhadap konsumsi pakan bahwa kepiting pada fase
muda frekuensi ganti kulitnya cukup besar dan seiring bertambahnya ukuran dan
frekuensi ganti kulit dan jumlah pakan yang di butuhkannya berkurang. Proses
pergantian kulit pada kepiting di mulai dengan penyerapan zat-zat kapur pada
kulit kerasnya, tumbuh dengan kulit yang baru yang sangat lembek berusaha
mendesak karapaks kearah belakang (Sulaiman, 1994).
Kepiting betina yang telah berpindah ke perairan laut akan berusaha mencari
perairan yang kondisinya cocok untuk tempat melakuan pemijahan, khususnya
terhadap suhu dan salinitas air laut. Setelah telur menetas maka muncul larva
tingkat I (Zoea I) dan terus menerus berganti kulit, sambil terbawa arus
perairan pantai, sebanyak lima kali (Zoea V), kemudian berganti kulit lagi
menjadi megalopa yang bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting dewasa
kecuali masih memiliki bagian ekor yang panjang (Toro,1992). Berikut adalah
gambar siklus hidup kepiting bakau (Scylla
spp).
Gambar 6. Siklus
Hidup (Life Cycle) Kepiting Bakau (Scylla
serrata F)
Potensi reproduksi kepiting bakau
sangat tinggi, menurut Arriola (1940) in Moosa et al. (1996) satu
induk kepiting bakau dapat memijahkan telur dua juta telur. Daur hidup kepiting
bakau dimulai dari telur hingga mencapai kepiting dewasa melalui beberapa
tingkat perkembangan, antara lain tingkat zoea, tingkat megalopa,
tingkat kepiting muda, dan tingkat kepiting dewasa (Gambar 5) (Ong Kah Sin
1964; Motoh et al. 1977 in Moosa et al. 1985). Sedangkan
menurut Estampador (1949) in Moosa et al. (1985) perkembangan
kepiting bakau terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap embrionik, tahap larva,
dan tahap postlarvae. Menurut Ong Kah Sin
(1964); Motoh et al. (1977) in Moosa et al. (1985) dalam
perkembangan dari tingkat zoea ke tingkat zoea selanjutnya
memerlukan waktu 3-4 hari, dan untuk perkembangan tingkat zoea seluruhnya
memerlukan waktu minimal 18 hari. Dalam perkembangan tingkat zoea menuju
tingkat megalopa, terdapat lima kali pergantian kulit (moulting). Ukuran
panjang tubuh dari setiap tingkatan dari setiap pergantian kulit (moulting)
zoea ialah 1,15 mm (zoea tingkat 1); 1,51 mm (zoea tingkat
2); 1,93 mm (zoea tingkat 3); 2,40 mm (zoea tingkat 4), dan 3,45
mm (zoea tingkat 5). Selanjutnya dari tingkat megalopa ke tingkat
kepiting muda (instar 1) memerlukan waktu 11-12 hari dengan salinitas 31} 2
ppt, sedangkan jika dilakukan pada salinitas 21-27 ppt akan diperlukan waktu
7-8 hari. Kepiting bakau
hanya memiliki satu tingkat perkembangan megalopa dan kuran panjang karapas
dan lebar karapas pada tingkat megalopa ialah 2,18 mm dan 1,52 mm. Menurut Smit
et al. (2004) in Butar-Butar (2006) waktu yang diperlukan kepiting
dewasa yang siap memijah adalah antara 18 hingga 24 ulan, dimanakepiting dewasa akan memijah pada
bulan-bulan yang memiliki suhu perairan lebih hangat, berikut gambaran mengenai
siklus hidup kepiting bakau (Scylla
serrata F) ;
Gambar
6. Siklus Hidup (Life Cycle) Kepiting Bakau (Scylla serrata F)
Reference ;
Boer, 1993. Studi pendahuluan Penyakit kunang-kunang
pada larva kepiting Bakau (Scylla serrata), Journal Penelitian
Budidaya Pantai.
Butar-Butar H. 2006. Keterkaitan kelimpahan
kepiting bakau (Scylla spp.) dengan ketersediaan
makanan alami di kawasan hutan mangrove (studi kasus diKabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi) [skripsi].
Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hlm.
Kanna,
I. 2002. Budidaya Kepiting Bakau Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius.
Yogyakarta.
Sulaiman,
1994. Budidaya (Penggemukan dan Peneluran) Kepiting Bakau Scylla Serrata secara Intensif di Kurungan Tancap dan Karamba
Jaring Apung. Makalah Disampaikan pada Temu Aplikasi Teknologi di Kendari.
Sultra, Tanggal 10 - 12 Oktober 1994.
Komentar
Posting Komentar